Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba
(Tim Redaksi Bumi Gurindam Bersyariah)
Tahun ini kita kembali merayakan hari maulid Nabi. Sebuah hari di mana kita mengingat tentang kelahiran sosok mulia ke muka bumi ini. Menjadi seorang teladan dan penuntun bagi kita menuju cahaya kebenaran. Hingga cahaya itu dapat menerangi dua pertiga wilayah dunia.
Namun, itu dulu. Jauh sebelum cahaya itu luruh. Runtuh bersama puing-puing kejayaan. Sebuah peristiwa kelam yang menjadikan umat Islam hingga saat ini seperti kehilangan arah tujuan. Padahal, sejak 1400 tahun lalu, Rasulullah saw. telah memberikan pedoman untuk menjalani kehidupan.
Tapi sayangnya, kita enggan. Enggan untuk mengacu pada satu tuntunan dengan alasan yang tak bisa dikemukakan oleh akal pikiran. Hingga akhirnya, kini kita hanya merayakan hari maulid Nabi dengan salawat dan doa bersama.
Bukan hal tersebut tidak diperbolehkan. Namun, ketika kita membuka kembali sejarah di masa lampau kita akan mendapati bahwa sejatinya maulid bukan sekadar mengetahui tentang proses kelahiran. Melainkan juga tentang misi yang dibawa ketika manusia mulia itu dilahirkan.
Rasulullah saw. bukan hanya sekadar membawa Islam sebagai ibadah ritual semata. Melainkan juga menjadikan Islam sebagai landasan dalam melakukan suatu perbuatan di seluruh aspek kehidupan.
Beliau bukan hanya Nabi, tapi juga pemimpin dan penguasa di bumi. Beliau bukan hanya mendirikan masjid sebagai tempat ibadah, tapi juga sebagai pusat ilmu pengetahuan.
Sebab, dari sanalah generasi-generasi tangguh itu dilahirkan. Dari sanalah para cendekiawan-cendekiawan dihasilkan. Dan dari sanalah muncul para ulama-ulama yang akan mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru alam.
Lalu, sebagai seorang generasi muda, gen z yang katanya punya banyak keunggulan dan kelebihan, apa yang bisa kita lakukan pada momentum kelahiran Nabi saw. ini?
Karena tak dapat dipungkiri, saat ini banyak sekali permasalahan yang terjadi. Baik dari permasalahan keluarga, lingkungan masyarakat, bahkan hingga ke level yang lebih luas lagi, yakni negara.
Hal itu didasari karena kita tidak melakukan ittiba' (mengikuti) secara benar kepada Rasulullah saw. Sebagian besar umat Islam saat ini hanya mengambil syariat Islam seperti mengambil makanan prasmanan. Jika suka dimakan, jika tidak ditinggalkan.
Padahal dalam surah Al-Baqarah ayat 208 Allah berfirman yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara menyeluruh (kaffah), dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu."
Perintah ini sudah sangat jelas agar kita masuk Islam secara keseluruhan, namun pada faktanya hal ini belum kita lakukan. Ditambah dengan ide sekularisme yang telah ditanamkan membuat seolah-olah agama itu memang lazimnya dipisahkan dari kehidupan.
Padahal, jika kita mengacu dan ber-ittiba' kepada Rasulullah Saw. dengan sebenar-benarnya ittiba' (haqqul ittiba') maka kita akan mengikuti jejak beliau untuk menerapkan syariat Islam dalam bingkai Daulah Islamiyah.
Karena pada akhirnya satu-satunya solusi untuk menyelesaikan segala problematika yang ada, adalah dengan kembali ber-ittiba' dengan benar kepada Rasulullah saw.
Oleh karena itu, tugas kita sebagai pemuda adalah senantiasa bersinergi. Menyalakan kembali lentera dalam hati. Menyatukan visi dan berdakwah tanpa lelah untuk mewujudkan Daulah Khilafah 'ala min hajin nubuwwah.
Wallahu a'lam bish showwab.
0Komentar