GUr8TUW5BUW5TUC0TSz5GUY6

Headline:

G30S/PKI: Membaca Ulang Pengkhianatan dalam Cahaya Sejarah dan Syariat


Oleh: Rianti Budi Anggara 
(Aktivis Muslimah Kepulauan Riau)

Bumigurindambersyariah.com - Opini Anda | Tragedi G30S/PKI tahun 1965 menjadi salah satu titik kelam dalam sejarah bangsa Indonesia. Gerakan ini dipimpin oleh DN Aidit (Ketua PKI), dengan tujuan untuk menggulingkan kepemimpinan Presiden Ir. Soekarno dan mengubah bentuk negara menjadi komunis. Pada dini hari Jumat (1 Oktober 1965), pasukan Cakrabirawa di bawah komando Letkol Untung menculik para perwira tinggi TNI AD. Peristiwa ini bukan sekadar pengkhianatan politik semata, tetapi memunculkan ideologi kufur (komunisme) yang secara langsung menolak keberadaan Allah Swt. dan syariat Islam di dalamnya.

Enam jenderal tewas, sebagian tewas dibunuh langsung di rumahnya dan sebagian lagi dibawa ke Lubang Buaya. Keenam jenderal tersebut adalah Letjen Ahmad Yani, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen M.T. Haryono, Mayjen Siswondo Parman, Brigjen D.I. Panjaitan, dan Brigjen Sutoyo Siswomiharjo. Selain itu, Lettu Pierre Tendean serta Ade Irma Nasution (putri Jenderal A.H. Nasution) turut menjadi korban dalam peristiwa keji tersebut. Jenazah para perwira kemudian ditemukan di Lubang Buaya dan ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi, yang sejak 2009 resmi diakui sebagai Pahlawan Nasional.

Upaya ini tidak hanya mencerminkan pengkhianatan terhadap negara semata, tetapi memperlihatkan pertentangan ideologi kufur dan anti-Islam. PKI (Partai Komunis Indonesia) bertentangan langsung dengan akidah tauhid. Karena itu, penolakannya bukan sekadar atas nama bangsa, tapi atas nama iman.

PKI bukan sekadar partai yang ingin menggulingkan kekuasaan, tapi sekaligus pembawa ideologi kufur yang menolak keberadaan Allah Swt. Maka dosanya lebih besar karena menghilangkan banyak nyawa manusia.

Tragedi G30S/PKI bukan hanya soal perebutan kekuasaan semata, tetapi juga pertarungan ideologi yang menolak eksistensi Tuhan yang Maha Esa dan melawan nilai-nilai Islam.

PKI gagal karena umat Islam ketika itu masih teguh mempertahankan dan memperkuat kekokohan akidahnya. Meski syariat belum ditegakkan sepenuhnya di tengah-tengah kehidupan rakyat keseluruhan, kekuatan iman umat menjadi benteng utama yang meruntuhkan kekuatan komunisme.

Namun, bahaya ideologi komunisme tidak boleh dianggap telah hilang begitu saja saat ini. Jika umat Islam lengah, ideologi kufur ini bisa kembali menyusup dalam wajah baru dalam bentuk sekularisme ekstrem, liberalisme, maupun gerakan yang merendahkan peran agama dalam kehidupan umat dan menggeser syariat dari posisi utamanya di masa yang akan datang.

Di sinilah sejarah dan syariat menjadi sangat penting untuk meneguhkan kembali iman dan takwa, persatuan, dan kesatuan, serta pendidikan ideologi Islam di setiap insan. Sejarah mengajarkan bahwa ketika umat Islam bersatu, mereka mampu menjadi penopang utama bangsa dalam menghadapi ancaman ideologi sesat negeri-negeri Barat. Dari sisi syariat, solusi terletak pada penguatan akidah yang harus tertanam kuat agar generasi muda tidak mudah dipengaruhi paham-paham Barat atau pemahaman kufur yang menyesatkan.

Pendidikan Islam harus menanamkan nilai bahwa agama adalah pondasi kehidupan, sesuai dengan firman Allah: “Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit...” (TQS. Thaha: 124)

Tragedi G30S/PKI seyogyanya tidak hanya ditayangkan dalam bentuk film setiap tahunnya, namun harus dikaji mendalam. Bukan sekadar sebagai catatan kelam politik bangsa, namun sebagai peringatan ideologis bagi umat Islam untuk wajib kembali pada Islam kaffah, menjadikan syariat Allah sebagai satu-satunya hukum yang mengatur seluruh aspek kehidupan.

Karena itu, satu-satunya jalan menghadapi komunisme, sekularisme, liberalisme, dan seluruh ideologi kufur adalah dengan kembali menjadikan Islam sebagai ideologi yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam tidak hanya hadir sebagai nilai moral atau pelengkap budaya bangsa, tetapi sebagai sistem hidup (mabda) yang memiliki solusi politik, ekonomi, sosial, dan pendidikan. Hanya dengan Islam kaffah umat akan memiliki benteng yang kokoh untuk menolak setiap upaya penyusupan ideologi sesat di masa kini maupun masa depan.

Wallāhu a‘lam.

Artikel ini telah ditayangkan:

https://www.tanahribathmedia.com/2025/10/g30spki-membaca-ulang-pengkhianatan.html

Rianti Budi Anggara
Penulis: Rianti Budi Anggara
Aktivis Muslimah Kepulauan Riau
Daftar Isi

0Komentar

Follow Pasang Iklan
Follow Pasang Iklan
D

disclaimer: Bumigurindambersyariah.com memberikan ruang bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan yang khas memenangkan opini Islam serta memihak kepada kaum Muslim.

Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain.

Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Bumigurindambersyariah.com. Silakan mengirimkan tulisan Anda melalui link ini kirim Tulisan

KLIK

Support Dakwah Bumigurindambersyariah.com

Donasi akan mendanai biaya perpanjangan domain dan aktivitas dakwahnya.

Formulir
Tautan berhasil disalin