Oleh: Surya Dewi Ummu Mufidah
(Aktivis Muslimah Kepulauan Riau) 
Tega! Istri yang menjadi amanah suami, yang harusnya dijaga dan dilindungi malah dibakar hidup-hidup hingga tak berdaya, menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit. Itulah yang dialami Sundrilawati (44th), seorang ibu rumah tangga di desa Peranap, Kec. Inhu, Riau, pada bulan September lalu.
Suami korban tega menyiramnya dengan pertalite dan membakarnya hidup-hidup dikarenakan kecemburuan suami terhadap korban yang diduga selingkuh dengan pria lain.
Jika amarah sudah memuncak dikepala, apakah harus dibayar dengan nyawa? 
Sungguh marah itu ibarat  api, maka ketika disulut marah,  siramkan air, api akan padam. Begitu rasul saw. memerintahkan seseorang ketika marah, berwudu'-lah. Dan nasehat dari Ali bin Abi Thalib salah satunya adalah "Jangan ambil keputusan ketika marah"  Jadi jangan diperdaya! 
Kasus kekerasan dalam rumah tangga ini tidak hanya menimpa Sundrilawati, masih banyak Sundrilawati yang lain yang mengalami nya, dan akan terus ada. Mengapa? Karena rumah tangga hari ini kebanyakan dibangun tidak dengan standar yang semestinya. Standar benar lah yang harus menjadi pegangan dalam setiap rumah tangga. 
Dari mana kita tau itu benar? 
Kebenaran itu datangnya dari Zat yang Maha benar, yakni Allah Swt., Dia lah Pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan. Sudah semestinya kita melihat standar benar salah kepada pencipta kita, melalui petunjukNya, yakni Al-Quran dan as Sunnah. 
Rumah tangga yang dibangun pasti akan ada ujian di dalam nya, tetapi bagaimana cara menyikapi masalah tersebut,  Allah mengaturnya dalam bingkai solusi Islam yang sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal, dan menentramkan jiwa. Membangun rumah tangga haruslah dengan niat untuk beribadah kepada Allah, bukan yang lain. Kalau niat sudah untuk mendapatkan ridho Allah, dan caranya sesuai dengan perintah dan larangan-Nya, maka apapun yang kita lakukan di dalam kehidupan rumah tangga akan bernilai pahala dan investasi untuk masuk kedalam surga-Nya. 
Kasus kekerasan yang terjadi kita petakan garis besarnya, pernikahan adalah sesuatu yang sakral, sumpah ijab kobul dinyatakan dalam Al-Quran adalah perjanjian agung yang diucapkan laki laki yang disaksikan Allah dan para malaikat. Perjanjian untuk mengambil alih tanggung jawab dari seorang ayah terhadap seorang anak perempuan kepadanya. bukan hal main-main! . 
"Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat".
(QS. An-nisa : 21) 
Begitu menata rumah tangga, kehidupan suami istri disebutkan sebagai  ikatan sahabat yang paling erat, mereka saling membutuhkan satu sama lain. Pada keduanya terdapat hak dan kewajiban masing masing, suami istri wajib saling menutup aib pasangan karena ini sesuai yang Allah katakan dalam alquran bahwa suami istri seperti pakaian, pakaian berfungsi untuk menutupi. 
Ketika laki laki menjadi seorang suami, berarti ia menjadi pemimpin dalam keluarga nya, ia bertanggung jawab atas nafkah keluarga nya yang menjadi kebutuhan pokok yakni makanan, pakaian dan tempat tinggal sesuai kemampuannya serta mempergauli / memperlakukan istri dengan baik. Seorang suami juga akan menanggung dosa istri nya yang bermaksiat kelak di akhirat ketika ia tidak menasehati dan mengajari istrinya agama. 
Sedangkan tugas istri sebagai ummu warabbatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga), ia harus melayani suaminya, menjaga harta suami, dan menjadi ibu, pendidik bagi anak anak nya. Istri diharuskan mentaati suaminya selama apa yang di minta suami tidak melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya. 
Tak luput dari kacamata kita pula, diperlukan kepedulian terhadap sesama, aktifitas nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran senantiasa dilakukan, serta aturan yang dapat mengikat masyarakat, agar tidak melanggar dan keluar jalur yang sudah ditetapkan, dalam hal ini, adalah negara yang mengatur sistem kehidupan yang sesuai dengan yang Allah tetapkan, bukan yang lain. Kontrol masyarakat dan aturan negara  (sistem Islam) inilah yang akan menjadikan lingkungan tetap kondusif dan tetap berada di Koridor yang benar. 
Kalau tatanan keluarga sudah sesuai koridor-Nya, niscaya sakinah (ketenangan), mawaddah (cinta), wa rahmah (kasih sayang) akan mewarnai keluarga, dan kelak insyaAllah Surga Allah yang kita rindukan berada didalamnya selamanya dapat kita raih dengan rida-Nya. Ada pun ujian di dalamnya adalah bumbu- bumbu yang akan menambah kuat rasa didalamnya.  Bersabarlah dalam prosesnya, serahkan hasilnya kepada pemilik hasil, yaitu Allah. Itulah yang terbaik. Berserah dirilah kepada Allah baik sebelum, sedang, dan setelah berusaha dalam  upaya menyelesaikan ujian ujian rumah tangga. 
Wallahua'lam bish shawwab
 
 
     
    

0Komentar