GUr8TUW5BUW5TUC0TSz5GUY6

Headline:

Lagi-lagi Narkoba: Pejabat tak Bermartabat akibat Jauh dari Syariat

Lagi-lagi Narkoba: Pejabat tak Bermartabat akibat Jauh dari Syariat

Oleh L. Nur Salamah, S.Pd
(Pengasuh Kajian Mutiara Ummat) 

Sungguh memalukan. Seorang pejabat yang seharusnya menjadi panutan masyarakat justru melakukan perbuatan yang menabrak rambu-rambu syari’at.

Sebagimana yang cukup ramai diberitakan oleh media seperti Batam Pos pada Selasa (11-11-2025), seorang camat di Kepulauan Anambas ditangkap polisi karena kedapatan sedang menikmati sabu-sabu di ruang kerjanya. Sosok tersebut adalah diketahui sebagai Camat di Siantan Tengah yang sebentar lagi akan memasuki masa pensiun pada Februari 2026 mendatang.

Kalau dikatakan hendak memasuki masa pensiun, berarti secara usia tidak lagi muda. Namun, tidak juga dewasa dalam perbuatan. Benar-benar menjijikan. Tua-tua keladi. Semakin tua semakin menjadi. Astaghfirullah hal azim.

Apakah lupa bahwa tugas seorang penguasa/ pejabat yang seharusnya ia lakukan adalah melayani masyarakat. Alih-alih menjalankan amanah justru berperilaku "blarah".

Kasus di atas bukanlah kali pertama yang kita dengar. Namun, satu dari sekian banyak kasus pejabat yang terjerat narkoba. Seperti fenomena gunung es. Hanya sedikit yang terlihat. Akan tetapi jauh lebih menjamur kasus yang tidak terekspos oleh media atau tidak terindera.

Padahal kita tahu bahwa mengonsumsi narkoba adalah perbuatan yang diharamkan dalam Islam.

Lantas, apa yang membuat pejabat ini mau dan tidak malu melakukan perbuatan tercela tersebut?

Jauhnya Diri dari Syariat

Adapun salah satu penyebab yang menjadikan seseorang tidak malu atau tidak takut berbuat maksiat adalah jauhnya diri dari syariat. Tidak adanya iman atau akidah yang membentengi. Tidak ada keyakinan terhadap Allah Swt. 

Mereka tidak yakin bahwa akan ada hari akhir (akhirat) yaitu hari pembalasan. Mereka tidak ada keyakinan bahwa kelak akan dibangkitkan dan akan dimintai pertanggungjawaban atas segala yang telah dilakukan.

Akhirnya orang merasa berani atau bebas melakukan apa yang diinginkan untuk memuaskan nafsunya. Bebas mencuri, bebas korupsi, bebas mengkonsumsi narkoba maupun mengedarkannya dan lain-lain.

Ditambah lagi, proses hukum yang ada saat ini juga tidak menjadikan efek jera bagi pelaku kejahatan. Hukum tidak berpihak kepada yang benar tapi berpihak kepada yang bayar. Artinya hukum bisa ditawar dan dibeli oleh mereka yang memiliki uang.

Andaikan hukum yang ada saat ini tegas, orang yang mencuri, korupsi, narkoba dihukum mati atau dipenjara maka tidak akan ada lagi oknum yang berani berbuat sekehendaknya.

Berbeda halnya dengan orang yang memegang syariat. Orang yang ada iman di dadanya, orang yang bertakwa. Ada maupun tidak ada orang yang menyaksikan dia tidak akan berani melakukan kemaksiatan. Karena merasa diawasi oleh malaikat. Dia ingat bahwa Allah melihat apa yang dikerjakan. Dia ingat kelak akan dibangkitkan. Maka dia tidak akan berani melakukan hal-hal yang dilarang oleh syariat.

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa berbagai kejahatan atau kemaksiatan dasarnya adalah tiadanya keimanan dan ketakwaan.

Selain faktor keimanan, penyebab merebaknya berbagai kejahatan karena peradaban yang ada bisa dikatakan mundur bahkan hancur. Maju dalam bidang teknologi tapi mundur dalam moral dan akhlak.

Oleh karena itu penting bagi umat saat ini menyadari perlunya membangun sebuah peradaban yang benar yakni peradaban yang tidak sekadar maju dalam teknologi, akan tetapi sebuah peradaban yang didalamnya menghadirkan kebaikan untuk manusia dan seluruh alam.

Peradaban yang dimaksud adalah peradaban yang didasarkan pada akidah Islam. Itulah institusi Islam dalam bingkai sebuah negara.

Karena hanya dalam sebuah negara lah syariat bisa dijalankan secara sempurna dan hukum bisa ditegakkan tanpa tebang pilih.

Maka dalam kaidah fikih, "fa la yatimu wajib Illa bihi fahuwa wajib." Suatu yang mengantarkan pada kewajiban maka hukumnya wajib.

Menjalankan syariat Islam itu wajib, maka hukum menegakkan institusi yang menerapkan syariat hukumnya menjadi wajib. Wajib artinya apabila dikerjakan mendapatkan pahala apabila ditinggalkan akan berdosa.

Maka sudah saatnya kita sadar dan menyadarkan umat agar kiranya bersama-sama menyatukan visi dan misi perjuangan menegakkan kembali syariat Islam secara totalitas dalam bingkai sebuah negara.

Waallahu a’lam bish showwab

Artikel ini telah ditayangkan di: 
https://j5newsroom.com/2025/11/23/lagi-lagi-narkoba-pejabat-tak-bermartabat-akibat-jauh-dari-syariat/
Daftar Isi

0Komentar

Follow Pasang Iklan
Follow Pasang Iklan
D

disclaimer: Bumigurindambersyariah.com memberikan ruang bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan yang khas memenangkan opini Islam serta memihak kepada kaum Muslim.

Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain.

Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Bumigurindambersyariah.com. Silakan mengirimkan tulisan Anda melalui link ini kirim Tulisan

KLIK

Support Dakwah Bumigurindambersyariah.com

Donasi akan mendanai biaya perpanjangan domain dan aktivitas dakwahnya.

Formulir
Tautan berhasil disalin